BUBUK KOPI ONG JAGA CITARASA

oleh khairunnas
Posted on February 24, 2012 by admin1001
MedanBisnis – Medan.

Bubuk kopi Ong yang dikelola Salimin Djohan Wang dengan tetap menjaga citarasa khas daerah ternyata banyak diminati masyarakat Medan dan sekitarnya. Karena itu, unggul dalam kualitas dan pemasarannya bubuk kopi Ong tetap menjadi pilihan bagi penikmat kopi.
“Saya optimis dengan bisnis bubuk kopi yang kita pasarkan di Medan,” terang Salimin Djohan Wang kepada MedanBisnis di lokasi usahanya Jalan Kapten Muslim Medan, Senin (Selasa (21/2).
Sebelum dipasarkan, katanya, peminat kopi telah mencobanya untuk mengatahui kualitas yang sebenarnya itu. Hasilnya kopi tersebut mendapat penilaian baik dan tidak ada efek mengganggu kesehatan, katanya.
Disebutkan, kopi yang diperoleh dari Sidikalang, Aceh dan Lintong itu dijamin kualitasnya dan tidak menghilangkan ciri khas yang ada. Sehingga peminat kopi tidak akan kecewa.
Oleh karena itu, dirinya tetap percaya usaha yang dikelolanya dapat bersaing dengan jenis kopi lainnya yang juga banyak dipasarkan di Medan, apalagi kopi Ong yang dipasarkan sudah memenuhi standar internasional dan harganya sangat terjangkau.

IMG_4815

Disebutkannya, bubuk kopi Ong yang pihaknya perdagangkan telah diproduksi secara modern menggunakan mesin berstandar dan dikontrol oleh para ahli. “Kopi Ong jika dikonsumsi juga bisa menyehatkan badan,” ujarnya.
Mengenai penjualannya di Medan, Salimin menyatakan kopi Aceh masih menjadi primadona oleh para penikmat kopi, dan pihaknya tetap menjaga kualitas kopi demi memuaskan konsumen dan pelanggannya.

Belajar Cara Menikmati Kopi di Gerai Kopi Ong

Tribunnews.com – Senin, 27 Februari 2012 14:01 WIB
Tribun Medan/Maulina Siregar
Beragam jenis kopi dan panduan menikmatinya di gerai Bubuk Kopi Ong Jl Gatot Subroto, Medan Helvetia.

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN – Menikmati kopi ada ilmu dan seninya. Salimin Djohan Wong, pemilik tiga gerai kedai kopi di Medan mengatakan mempelajari kopi tidak ada sekolah khusus, namun bisa dipelajari secara otodidak.
Djohan sendiri belajar dan mencari tahu sejarah kopi serta mengeksplorasi kenikmatan kopi dengan cara mendatangi petani kopi. Mulai dari petani kopi Gayo di Aceh Tengah sampai petani kopi Sidikalang.
“Saya berusaha menangkap kemudian eksplorasi, nilai, konsep serta filosofi kopi. Sebelum saya memperkenalkannya pada masyarakat terlebih dulu saya mengenal dan mendalaminya,” ujar Djohan, Senin (27/2/2012) saat ditemui di gerai Bubuk Kopi Ong Jl Kapten Muslim, Medan Helvetia.

IMG_4814

Di gerai Bubuk Kopi Ong, pengunjung yang ingin mempelajari cara mencicipi dan menikmati kopi, bisa meminta bantuan para staf. Djohan mengatakan kopi yang baik harus memiliki minyak kopi (krema) yakni kumpulan buih yang ada di atas cairan kopi. Krema menghadirkan aroma kopi.
Mencicipi kopi, harus dimulai dengan mencium aroma kremanya, kemudian meminum kopi sedikit dan membasahi lidah dengan kopi. “Saat mencicipi, cukup sedikit saja. Kemudian kita rasakan perlahan, selain ada kandungan rasa pahit, pasti ada rasa sedikit manis, kelat dan asam,” ujar Djohan.
Mencicipi kopi sebaiknya tak menggunakan gula untuk mendapatkan sensasi original kopi. Gula tidak menutupi rasa kopi hanya sedikit meringankan rasa kelat. Aroma kopi bisa membuat suasana tenang dan riang. (Mom/tribun-medan.com)

Yuk Ngopi di Kopi ONG

oleh: Puput Julianti Damanik
MEDAN – Kopi ONG dalam bahasa Tiongkok berarti kedai kopi. Kedai kopi sekarang ini menjadi salah satu tempat yang disukai orang untuk menghabiskan senggang usai menjalani kesibukan, bersama keluarga, sahabat atau pasangan.
Begitu juga dengan Kopi ONG yang berlokasi di Jalan Kapten Muslim No 6 Medan. Selain menyediakan aneka jenis kopi, teh dan cemilan juga tersedia di sini.
Satu jenis kopi andalan mereka dinamai Kopi Lanang. Kopi racikan kopi arabika maupun robusta ini memiliki keistimewaan dan perbedaan dari kopi lainnya. Kopi Lanang diolah dari kopi biji ganda yang populasinya sangat sedikit dibandingkan kopi biasa. Sekitar lima persen dari total buah yang dihasilkan.
Kopi Lanang termasuk jenis kopi yang sangat istimewa dibandingkan kopi biasa yang biji cherrynya ada dua. Kopi Lanang berbentuk bulat pada satu cherry kopi, sehingga semua nutrisinya berada di satu cherry. Diberi nama Lanang karena jenis kopi ini memiliki biji tunggal, sangat berbeda dibandingkan biji buah kopi biasa.
Selain Kopi Lanang, Kopi ONG yang merupakan cabang dari Kopi Tiam ONG yang berada di Jalan Dr Mansyur juga menyediakan berbagai jenis kopi lainnya seperti kopi ONG Sidikalang, kopi ONG Lintong, kopi ONG Robusta, kopi Luwak ONG, kopi Klasik ONG, kopi Koyok, kopi Alpokat, kopi Durian Koyok, kopi Lece Koyok dan lainnya. Harganya terjangkau, mulai Rp 12.000 hingga Rp 40.000. Kopi Lanang hanya sekitar Rp 15.000.

?????????????????????????????????????????

Berbagai menu makanan juga ditawarkan, dari roti telor saloee, roti mantou, pisang goreng boemboe roejak, salad popiah, oebi goreng dan banyak yang lainnya dengan harga mulai Rp 15.000 sampai Rp 20.000.
Naya, karyawan di Kopi ONG, mengatakan, kedai kopi ONG dibuka dari jam 11.00 WIB sampai 24.00 WIB. “Pengemar kopi di tempat ini dari anak- anak hingga orang tua. Orang yang menikmati kopi ONG ini berbagai daerah Aceh, Medan, Pekan Baru, Jakarta, Padang, dan negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia. Kadang mereka beli kopi untuk oleh-oleh,” ucapnya.
Kalau orang dari luar negeri saja sudah nongkrong di Kopi ONG, kenapa kita yang orang Medan asli belum mencoba? Oia, Kopi Ong juga menyediakan tempat untuk meeting kecil dan santai untuk keluarga.

Hmm…Kedai Kopi Tiam Ong Medan Suguhkan Cita Rasa Lokal

Selasa, 21 September 2010

Laporan Wartawan Tribun Medan/ Danang Setiaji

MEDAN – Rasa pahit langsung terasa di lidah begitu menyeruput kopi ong, satu menu yang disediakan Kedai Kopi Tiam Ong. Namun, rasa pahit ini justru membuat ketagihan bagi para pecinta kopi.

“Kopinya asli, tidak dicampur,” ujar Hendro (27), seorang pengunjung Kedai Kopi Tiam Ong Jalan dr Mansyur Medan, sambil menyeruput kopinya, Rabu (28/7/2010). Pria asal Mandailing Natal ini selalu mampir di Kedai Kopi Tiam Ong bila berkunjung ke Medan. Sehari-harinya ia bekerja di lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Panyabungan.

Kedai Kopi Tiam Ong terletak di Jalan DR. Mansyur nomor 39, Medan, tak jauh dari kampus Universitas Sumatera Utara (USU). Leader Kedai Kopi Tiam Ong, Dina Kartika, mengatakan usaha kopi ini berdiri sejak sembilan September 2009. Sengaja dipilih saat berdirinya semua serba angka sembilan agar mudah mengingatnya.

3 jagoan

Cita Rasa Baru – Kedai Kopi Tiam Ong Jalan dr Mansyur Medan menawarkan cita rasa baru dalam menyajikan kopi. Kedai ini juga menawarkan nuansa klasik bagi pengunjung.

Dina mengatakan Kedai Kopi Tiam Ong menggunakan kopi lokal. Biji kopi yang didatangkan berasal dari enam daerah, yaitu daerah Mandailing, Magelang, Wamena, Takengon (Aceh Tengah), Lintongnihuta (Tapanuli Utara), dan Kalosi (Sulawesi Selatan). “Biji kopi yang didatangkan berbeda setiap minggunya, jadi rasanya menjadi khas, cita rasa lokal menonjol,” ujarnya.

Kedai Kopi Tiam Ong membeli biji kopi yang sudah digongseng. Biji kopi tersebut selanjutnya dihancurkan sampai halus. Bubuk kopi yang sudah halus dimasukkan ke alat penyaring. Dari alat penyaring itu dituangkan air panas, kemudian bubuk tersebut diperas sehingga kopi yang disajikan benar-benar sari dari biji kopi tersebut.

Selain nikmat ketika diseduh, kopi juga mempunyai khasiat lain. Dina menjelaskan dengan memakan langsung biji kopi dapat menghilangkan mabuk kendaraan. Saat ini, mereka belum menjual kopi luwak karena belum mendapat pemasoknya.

Ia memaparkan Kedai Kopi Tiam Ong hanya menjual kopi jenis Arabica, yang tingkat keasamannya rendah. Kedai kopi ini ramai dikunjungi pada akhir pekan. Rata-rata pengunjung yang datang berumur 30 tahun ke atas.
Diposkan oleh danang_setiaji di 08.07

KOPI TARIK

Kopi Tarik Ong
November 19, 2014 By Kopibrik Leave a Comment
Selalu ada yang membedakan Kopi Ong, kedai kopi klasik bergaya tempoe doeloe milik Salimin Djohan Wang ini, dengan kedai kopi yang sudah ada di Medan. Kali ini, Kopibrik pun kembali mengunjungi salah satu dari dua kedai Kopi Ong yang ada di Medan, yakni di Jalan Kapten Muslim untuk menikmati racikan kopi terbaru, Kopi Tarik Ong.
Kopi Tarik Ong sedikit berbeda dari kopi tarik yang sering Anda nikmati, misalnya di kedai kopi Aceh. Bila biasanya, kopi tarik diracik dengan cara lama, yaitu kopi dan susu diaduk dengan mengangkat gelas ke atas dan menahan wadahnya di bawah, tidak demikian dengan Kopi Tarik Ong.

Bahan bakunya sebenarnya sama, yaitu kopi dan susu. Namun, yang membedakan, proses pengocokan kopi dengan mengangkat wadah kopi ke atas dan ke bawah ditiadakan karena digantikan dengan milk froth dari mesin espresso.
Dari sisi waktu, cara ini memang efisien apabila pengunjung kopi sedang ramai. Tak hanya itu, dengan cara ini juga akan membuat kopi lebih terjaga kebersihannya, setidaknya tidak terkontaminasi abu yang beterbangan di udara.
Menurut Derpiana, salah seorang barista Kopi Ong, saat ngobrol-ngobrol dengan Kopibrik, cara meracik kopi tarik menggunakan milk frother jauh lebih cepat dan tidak menghilangkan karakter rasa kopi tarik sebenarnya. “Sebenarnya, prosesnya sama, bahkan cara seperti ini lebih cepat,” katanya.
Dari segi rasa, Kopi Tarik Ong berani menjamin kenikmatan, khususnya bagi mereka penikmat kopi sejati, sebab biji kopi yang digunakan semuanya menggunakan kopi special. Beberapa jenis kopi Sumatra yang digunakan antara lain, kopi Gayo, Lintong Nihuta dan Sidikalang.

20141119082743_354

Cara meraciknya, setelah terlebih dahulu digiling dengan grinder otomatis, biji kopi di menjadi espresso. Untuk secangkir kopi tarik dibutuhkan dua shoot espresso. Setelah espresso dituang ke atas susu kental manis, susu krim segar dituang lagi dan diaduk dengan milk froth mesin espresso selama kurang lebih satu menit. Pada bagian atasnya (topping) kemudian ditaburi dengan bubuk kulit manis untuk memperkaya aroma.
Kopibrik menikmati racikan kopi ini. Beberapa pengunjung yang sedang ngopi saat itu, juga tampak sedang menikmati waktu ngopinya dengan Kopi Tarik Ong, sebagian memesan yang dingin. Maklum, dengan porsi gelas jumbo, kopi ini dapat menemani waktu kopi lebih lama.
Perlu dipahami pula bahwa kopi tarik telah menjadi satu racikan kopi yang begitu digemari. Tidak sedikit kedai kopi yang menyajikannya sebagai penanda keunikan sebuah kedai kopi. Banyak versi menjelaskan asal usul racikan kopi ini.

Namun, dari beberapa sumber yang didapat Kopibrik, kopi tarik banyak berkembang pada awal-awal negara Singapura berdiri. Ketika itu, kopi tarik menggunakan kopi robusta dan campuran susu kental manis, biasanya ditemani dengan roti srikaya dan telur setengah matang pada pagi hari. Bahkan, sering kopi ini diseruput setelah menyantap sarapan pagi Mie Siam.
Di Medan, sedikitnya ada dua kedai kopi franchise asal Singapura yang sudah berdiri sejak lima tahun belakangan ini. Menariknya, tradisi dan budaya kopi lokal juga punya cerita sendiri mengenai kopi tarik, misalnya di Aceh. Kopi tarik Aceh juga menjadi ciri khas kedai kopi Aceh di Medan.
Kehadiran kopi tarik di Kopi Ong kini menambah kekayaan racikan kopi yang sudah ada sebelumnya, sebut saja kopi hitam dan sejumlah kopi yang diracik dengan metode klasik dan manual: syphon, Vietnam Drip, kopi Turki, pour over V60 maupun kopi tubruk yang sudah menjadi ciri khas kopi lokal Indonesia.